Pudarnya Tradisi Inovasi di Muhammadiyah

Tradisi Inovasi di Muhammadiyah
Aji Sofanudin
banner 678x960

banner 400x400


Oleh Dr. Aji Sofanudin (Senior Researcher pada Pusat Riset Agama dan Kepercayaan BRIN)

Hajinews.id – SETELAH sebelumnya, Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiah sukses digelar di Surakarta, 18-20 November 2022, dan Musywil Muhammadiyah dan Aisyiah Jawa Tengah sukses digelar di kota Tegal, pada 3-5 Maret 2023, PDM dan PDA se-Jawa Tengah akan menggelar Musyawarah Daerah (Musyda) Muhammadiyah kabupaten/kota antara bulan Mei-Juli 2023.

Bacaan Lainnya



Sebagai contoh, Musyda Muhammadiyah kota Semarang, kota Salatiga, dan kabupaten Semarang digelar 21 Mei 2023, Musyda Kabupaten Wonosobo dan Cilacap 27-28 Mei 2023, dst (pwmjateng.com). Tema Musyda kota Semarang sama dengan tema yang diangkat pada Musyda di kab/kota lainnya yakni Memajukan Kota Semarang, Mencerahkan Semesta.

“Memajukan” dan “mencerahkan” merupakan tagline Muhammadiyah. Dalam istilah lain disebut tajdid. Tajdid merupakan kata dalam bahasa Arab yang berarti “pembaruan” atau “memperbaharui”.

Inovasi Muhammadiyah

Tajdid merupakan upaya terus-menerus untuk memperbaharui, merevitalisasi, dan menjaga kesinambungan ajaran dan praktik agama dalam rangka menjawab tantangan dan kebutuhan zaman.

Dalam batas tertentu makna tajdid adalah inovasi. Fokus tajid dan inovasi sama yaitu melakukan perubahan, menghadirkan sesuatu yang baru. Salah satunya dengan melakukan ATM; amati, tiru dan modifikasi.

Inovasi dan tajdid berupaya menjawab tuntutan dan tantangan zaman. Inovasi dan tajdid semangatnya sama yakni menyesuaikan dengan perubahan sosial dan budaya. Salah satu contohnya yakni melakukan pemilihan dengan cara e-voting.

Tajdid maupun inovasi melibatkan refleksi kritis terhadap apa yang telah ada. Mereka mendorong peninjauan ulang (amati), evaluasi (plus minus) dan pembaruan (modifikasi). Muaranya pada ATM atau dalam Bahasa disebut 3N (niteni, nirokke, nambahi).

Tujuan inovasi dan tajdid sama yakni melakukan perbaikan. Dalam bahasa pesantren disebut al-Muhafadzatu alalqadimisholeh wal ahdu bi al-jadidil ashlah, memelihara tradisi lama yang baik sembari menciptakan tradisi baru yang lebih baik.

Meskipun memiliki banyak persamaaan, antara tajdid dan inovasi memiliki konteks yang berbeda. Tajdid secara spesifik melakukan pembaruan bidang agama, sementara inovasi lebih melakuan perubahan dan pengembangan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi dan sebagainya.

Beberapa inovasi yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah misalnya bidang pendidikan yakni melakukan HIS met de Quran, yakni menyisipkan pembelajaran Alquran pada sistem pendidikan Belanda/Hollandsch Indlandsche School (HIS). Model ini ditiru oleh semua sekolah Islam di Indonesia, tentu dengan beberapa modifikasi.

Pendidikan agama menjadi mata pelajaran wajib pada semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan pada awalnya merupakan amal jariyah (inovasi) yang dilakukan oleh Muhammadiyah.


banner 800x800

Pos terkait


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *