Perjalanan Saya ke Tanah Suci

Perjalanan Saya ke Tanah Suci
Perjalanan Saya ke Tanah Suci
banner 678x960

banner 400x400


Hajinews.id Ibadah haji merupakan rukun kelima Islam. Setiap Muslim, karenanya, mendambakan pergi ke tanah suci untuk menyempurnakan keislamannya. Tentu, ia membutuhkan biaya dan stamina prima. Sebab, inti ibadah haji adalah menapak tilas. Maka, menunaikannya di usia muda adalah kesempatan yang sangat berarti. Dimulai dari niat wukuf di Arafah sampai tahalul yang dilakukan secara tertib, setiap jemaah pada dasarnya menapak sejarah kenabian Muhammad saw.

Setiba di Madinah (15 Juni 2022), kami bersegera melaksanakan arba‘in. Jujur, sejak awal keberangkatan, saya bertanya-tanya apakah ada situs sejarah perumusan Piagam Madinah, sebuah konstitusi yang dirancang Nabi Muhammad saw di mana kesetaraan dan hak asasi manusia antara kaum muhajirin, kaum ansar, dan kaum Yahudi tertulis di sana dengan payung kata “umat”. Ternyata tidak ada. Yang ada cuma masjid-masjid yang memiliki nilai sejarah.

Bacaan Lainnya



Saya, kalau bahas Piagam Madinah di depan para mahasiswa, selalu bilang begini: “Anda bayangkan … pada abad ke-7 di mana semua kelompok manusia masih barbar dan feodal, Muhammad bernegosiasi menyusun sebuah konstitusi yang menjamin kebebasan dan kesetaraan seluruh umat manusia.” Karena itu, menurut Cak Nur yang sering mengutip Robert N. Bellah, piagam tersebut sudah modern dan bahkan terlalu modern sehingga struktur masyarakat Arab ketika itu tidak mampu menampungnya. Hal ini tentu patut disayangkan mengingat Madinah itu sendiri berarti peradaban.

Selain itu, maklumat bahwa ziarah kubur bidah selalu terpampang, terutama di depan Baqi kuburan para sahabat yang terletak persis di sebelah Masjid Nabawi. Sebelum berangkat, kakak saya berpesan, “Kalau mau masuk ke sana, ikut saja menyelinap ke rombongan yang mengantarkan jenazah karena, pas itu saja, pintunya terbuka.” Maklum … di sana dilarang mengunjungi kuburan.

Setelah salat subuh, saya langsung bergegas ikut rombongan untuk masuk. Saya sengaja ambil waktu subuh karena, di waktu-waktu lain, cuacanya panas sekali. Bahkan, banyak jemaah haji kena batuk pilek, termasuk saya, karena perlu waktu adaptasi saking panasnya. Ketika masuk, yang terlintas di pikiran saya adalah kuburan Khalifah Utsman bin Affan. Sebab, dari sumber sejarah yang ditulis Farag Fauda, Kebenaran yang Hilang, pemakaman Khalifah Utsman ini begitu tragis. Saya tidak tega menulisnya di sini. Yang jelas, Fauda dihukum pancung di Mesir karena dituduh melecehkan Islam.

Kuburan di Arab Saudi memang tidak menarik karena rata dengan tanah dan tandanya hanya batu. Namun, sebagai sebuah warisan sejarah/budaya, kita patut menyayangkan ornamen-ornamen/gedung-gedung bersejarah Baqi tidak tersisa akibat ideologi Wahhabisme yang dianut, terutama sejak awal abad 19 dan puncaknya pada 1926.


banner 800x800

Pos terkait


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *